Sabtu, 22 Januari 2011

Tontonan menarik menurut ibu2

Assalamualaikum
Sejak film Indonesia nggak lagi beredar di bioskop dan banyak bioskop yang gulung tikar gara2 sepi penonton di awal tahun 90an, publik Indonesia beralih ke tontonan televisi. Apalagi mulai banyak stasiun televisi swasta yang muncul. Sinetron menjadi tayangan unggulan di televisi. Dengan cerita bak opera sabun dan pemeran para artis yang sedang digandrungi, sinetron banyak dinikmati ibu2 dan remaja. Saya bukan penggemar sinetron. Saya tidak terlalu tahu sinetron2 yang tayang di televisi. Pernah waktu SMP ketika berangkat sekolah, kakak kelas yang kebetulan menaiki angkot yang sama dengan saya, selalu heboh bercerita tentang satu judul sinetron remaja dengan temannya. Saya tahu judul sinetron itu, tapi nggak pernah tertarik untuk melihatnya. Jadi saya sama sekali tidak mengerti dg cerita kakak kelas saya itu. Kadang2 saya mencoba melihat sinetron, kenapa banyak orang suka. Padahal ceritanya nggak pernah jauh2 dari perebutan kekayaan, akting seadanya kadang berlebihan, banyak adegan yang nggak pantas ditonton anak kecil, cerita 'mbulet' kayak benang kusut, nggak ada hikmah yang bisa diambil de el el. Bisa dipastikan sinetron yang sekarang banyak ditayangkan bukan tontonan yang menarik. Paling nggak menurut saya. Tapi akhirnya saya paham kenapa sinetron tetap jadi tontonan favorit. Cerita yang bak opera sabun itulah yang menjadi jawabannya. Ibu2 dan para remaja putri sangat suka cerita drama yang berliku2 dan penuh dengan intrik. Tayangan telenovela yang punya jalan cerita hampir sama dengan sinetron juga banyak diminati. Tapi paling nggak teknik telenovela lebih bagus dan ceritanya lebih rapi. Kalau sinetron, apabila dapat rating tinggi, episodenya dipanjang2ing, tokohnya ditambahin malah ada tokoh yang sengaja dibuat mati. Apalagi sekarang sinetron ditayangkan setiap hari. Proses syuting yang mepet membuat kualitas gambar sinetron jadi asal jadi. Karena terburu2, adegan dibuat seadanya, nggak detil sama sekali. Bahkan ada beberapa sinetron yang wajah pemainnya selalu diclose up. Kentara banget kalau para pemainnya nggak saling berhadapan. Mereka bicara sendiri2 di depan kamera. Anehnya sinetron itu dapat rating tinggi. Saya heran kenapa para penonton nggak merasa terganggu. Adapula yang backsound musiknya yang menghentak2. Nggak peduli adegannya sedang lucu, santai, ceria, atau menegangkan musiknya sama aja. Padahal di creditnya tertulis pengarah musiknya adalah salah satu musisi Indonesia yang sudah profesional dan berpengaruh.
Cerita di sinetron juga musiman. Sekarang musimnya anak yang ditukar2. Episode udah ratusan si anak belum juga menemukan orang tua aslinya. Sampai sekarang kayaknya belum ada tema baru lagi.
Dari banyaknya sinetron yang beredar bukan berarti nggak ada yang bagus. Ada juga tayangan sinetron yang mendidik dan menghibur. Dulu waktu saya kecil ada sinetron lorong waktu. Setiap episodenya selalu memberikan pelajaran yang dapat dipetik. Tapi sayang sekarang nggak ada lagi tayangan seperti itu.
Kalau berharap ada tayangan sinetron yang berkualitas kayaknya nggak bakal terjadi dalam waktu dekat. Tayangan di televisi yang ada didasarkan pada selera penonton. Selama penonton masih menyukai sinetron yang ceritanya yang bagai benang kusut tanpa memperdulikan kualitas, sinetron akan tetap sama dari waktu ke waktu. Sudah saatnya penonton Indonesia menjadi penonton pintar.
Wassalamualaikum

Tidak ada komentar:

Posting Komentar